Rabu, 19 September 2012

Ilustrasi (Foto: Koran SI)

DANANG Prabowo, pria terunik yang pernah ku temui. Kurasa, selempang pria unik sejagad akan menempel di badannya, jika kompetisi itu ada. 

Pertemuan yang cukup singkat, tapi mungkin bakal jadi episode hidup yang tak dilupakan. Sekitar 20 tahun lalu, saat tubuh ini masih kuat tak termakan usia. Wajah ini juga masih memesona sejumlah pria yang percaya kalau sifat serupa dengan wajahku. 

Tak penting ku sebut namaku, karena bukan aku lah pemeran utamanya. Tapi Danang Prabowo, yang belakangan ku ketahui adalah seorang pembalap. Maaf, lebih tepatnya, dia adalah navigator dari artis terkenal yang suka berpacu dengan laju kendaraan di tengah sirkuit. 

Tiga bulan bersama pria yang sungkan berkata-kata ternyata bukan hal mudah. Namun, memberi pelajaran bahwa cinta tak hanya butuh rayuan, tapi pembuktian. 

Selembar tisu mendarat di tanganku saat memasuki ruang kuliah. Maklum saat itu hujan dan aku mahasiswa yang cinta transportasi umum. Tak ayal, jika rambut bahkan bajuku kebasahan ribuan bulir air yang jatuh dari angkasa sana. 

"Thanks," kataku mengambil tisu yang diberikan pria itu. Sudah kesekian kalinya tindakan sederhana, namun berarti itu dipersembahkan untukku. Tapi, tetap saja semuanya tanpa ekspresi, tanpa ucapan. 

Danang Prabowo. Anak seorang anggota DPR, yang hidup dengan berbagai fasilitas. Wajah tak begitu tampan tapi terlihat karismatik. Tak jarang teman-teman kampus menganggapnya sombong, karena tingkahnya yang memang tak terbaca. Diam, bak Pangeran Tanpa Kata. 

Dengan sigap, tangannya memberikan pena padaku. Tepat di depanku, selembar kertas berisi nama mahasiswa di kelas sudah terbubuh. Lantas, dengan pena pemberiannya, ku tulis namaku di kertas absensi. Lagi-lagi, cuma terima kasih yang terlontar. Lantas hening, tanpa jawaban. 

Sampai suatu hari, dia bicara panjang padaku. Pangeran Tanpa Kata, memberiku tumpangan, saat pria yang ku harapkan menjemput tak juga datang. Dia tengah sibuk, berkutat dengan beritanya. Priaku. 

Jalanan ku rasa sepi di tambah suasana kaku yang tercipta tanpa ada basa-basi atau obrolan. Sepuluh menit dua puluh menit masih hening, kendaraan pun terus melaju. 

"Kamu sudah punya pacar?" 

Aku tersentak. Akhirnya dia bicara. "Sudah, tapi gak tau kelanjutannya gimana. Dia sibuk dengan dunianya. Kerjanya," ujarku mengingat pria yang sekian tahun belakangan menemaniku. 

Dia lantas bercerita panjang tetang keluarganya. Kakaknya yang juga menghadapi persoalan sama sepertiku. Soal cinta. Ayahnya, ibunya dan keluarganya yang lain. Dia benar-benar bicara. Sesuatu yang tak pernah kutemukan sejak kenal dengannya di ruang kelas. 

Sesuatu yang tak pernah ku temukan dari pria yang kerap menyediakan bangku ketika aku terlambat. Menyediakan pulpen ketika absensi berada di depanku. "Hubungan kamu akan baik-baik saja," pungkasnya lalu diam kembali. Mobil yang kutumpangi terus melaju, membawa kami kembali dalam diam. 

Karena esoknya, Danang Prabowo kembali menjadi Pangeran Tanpa Kata. "Hubungan kamu akan baik-baik saja," kembali kata itu muncul meyakinkan dirinya. 

Bahwa, cinta kadang tak perlu kata.

Penulis Risna Nur Rahayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar